Pages

  • Home
  • Beranda
facebook instagram linkedin

Pasukan Semut

    • Home
    • About Me


    Air beriak tanda tak dalam
    Air tenang menghanyutkan
    Izinkan saya mengucapkan salam
    Untuk teman-teman sekalian

    Halo, apa kabar teman pembaca semua ? Sudah bahagiakah engkau hari ini ?

    #DailyAntropologi kembali lagi nih yang siap untuk menambah wawasan pengetahuan teman-teman pembaca. Sesuai judulnya, kali ini kita akan membahas mengenai salah satu tradisi yang mungkin cukup ekstrem bagi kita. Yup, kita akan membahas mengenai tradisi potong jari yang dilakukan oleh suku bangsa Dani, Papua. Jangan lanjutin baca postnya kalau gak kuat hehe.

    So, here we go. 

    ..............................................................

    Secara geografis, Papua merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dengan luas wilayah 416.000 km2. Di pulau inilah suku bangsa Dani atau orang Dani bermukim dan bertempat tinggal, tepatnya di wilayah pegunungan Jawawijaya.

    Dosen aku bilang "tak lengkap rasanya kalau berkunjung ke Papua, belum singgah ke Wamena". Wamena adalah wilayah dimana suku bangsa Dani berasal. Benar saja, selain keindahan alam yang terbentang luas di wilayah ini, juga terdapat tradisi-tradisi masyarakat yang unik sekaligus mengerikan bagi orang normal.

    Bagi sebagian orang, tradisi atau ritual ini mungkin "mengerikan" tapi tidak bagi masyarakat suku bangsa Dani. Tidak ada cara yang lebih baik untuk mengungkapkan rasa sedih, rasa duka, rasa kehilangan anggota keluarga selain melakukan tradisi potong jari. Bagi orang Dani, rasa sakit yang ditimbulkan dari tradisi tersebut melambangkan hati dan jiwa yang ikut tercabik akibat kehilangan orang yang di kasihi.

    Keluarga bagi orang Dani adalah segala-galanya. Untuk itu kemudian bila salah satu anggota keluarga meninggal, akan dilakukan ritual Iki Palek alias potong jari. Rasa sakitnya diumpamakan seperti menderitanya hati akibat kehilangan anggota keluarga. Maka tak heran bila orang Dani seolah tak masalah melakukan ritual menyakitkan itu.

    Kata siapa perempuan itu lemah ? Jangan sekali kali berucap hal tersebut. Buktinya, dalam tradisi Iki Palek alias potong jari yang dilakukan oleh orang Dani hanya dilakukan oleh kaum perempuan. Biasanya adalah para ibu atau wanita tertua yang melakukan ritual Iki Palek. Kita bisa lihat kalau mayoritas perempuan tua (baca: ibu-ibu) disana banyak kehilangan jarinya. Bahkan ada yang sampai hanya tinggal ibu jarinya saja.

    Tapi, kenapa hanya menyisakan ibu jari yang tidak dipotong ? Ternyata ini ada hubungannya dengan kepercayaan masyarakat suku bangsa Dani. Orang Dani percaya kalau ibu jari dipotong maka orang tersebut akan meninggal. Percaya atau tidak, ada sebuah penelitian medis dimana kalau ibu jari kita yang dipotong, maka kita akan meninggal. Kata dosen aku itu loh ya, bukan kata aku hehe. Ya, selain memang ibu jari sakral bagi orang Dani, ternyata ibu jari berguna ketika menggenggam sesuatu misalnya cangkul. Orang Dani hidup tak lepas dari bercocok tanam, maka bila ibu jarinya hilang, orang Dani tidak bisa lagi menggenggam cangkul guna berladang untuk mencukupi kebutuhkan sehari-hari.

    Lanjut ke proses ritual pemotongan jari yang luar biasa menyakitkan. Sebenarnya tidak ada ritual-ritual khusus dengan menggunakan doa-doa tertentu atau cara-cara yang dianjurkan oleh para pemimpin suku dalam melakukan proses iki palek. Asalkan jari bisa putus, maka apapun caranya sah-sah saja dilakukan. Biasanya orang Dani menggunakan kapak tajam untuk melakukannya.

    Cara lain adalah dengan menggigit jari hingga putus. Rasa sakitnya seperti apa ? Luar biasa. Silahkan bayangkan sendiri teman-teman. Ada juga yang melakukannya dengan mengikat jari menggunakan seutas tali sehingga aliran darahnya berhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dilakuan pemotongan jari.

    Selain tradisi pemotongan jari, terdapat juga tradisi yang dilakukan ketika salah seorang anggota keluarga meninggal. Tradisi tersebut adalah tradisi mandir lumpur. Mandi lumpur dilakukan oleh anggota kelompok keluarga dalam jangka waktu tertentu. Makna ritual mandi lumpur yaitu bahwa setiap orang yang meninggal dunia telah kembali ke alamnya. Manusia berasal dari tanah dan akan kembali lagi ke tanah.

    Seiring dengan masuknya agama Kristen serta perkembangan pengaruhnya di pulau Papua terutama pada suku bangsa Dani, tradisi iki palek alias potong jari sudah jarang dilakukan. Meskipun demikian, sebagian orang masih ada yang mengatakan kalau sampai saat ini tradisi potong jari masih dilakukan terutama di daerah-daerah yang letaknya terpencil.

    Untuk lebih jelasnya, teman-teman bisa melihat foto-foto dibawah ini. Sumber: Google Images.



    ...............................................................................................

    Yap, itulah tradisi potong jari yang dilakukan oleh orang Dani untuk mengenang kepergian anggota keluarganya. Sakit ? Tentu. Luar biasa sakit rasanya. Membayangkannya saja sudah bikin merinding apalagi melihatnya secara langsung atau bahkan melakukan ritual potong jari itu langsung. 

    Sekian dulu #DailyAntropologi nya hari ini. Bagi teman-teman yang rasanya masih belum paham, tidak sependapat dengan aku di beberapa part tulisan, atau ingin mengirimkan kritik serta saran bisa tinggalkan komentarnya di bagian kolom komentar dibawah ini. Bisa juga dengan cara mengirim via email ke fajaradims@gmail.com

    Salam budaya. Kalau bukan kita yang menjaga dan melestarikannya, siapa lagi ?
    Continue Reading
    Hai, apa kabar ? Kali ini aku kembali lagi setelah sebelumnya sempat vakum selama kurang lebih 1.5 tahun lamanya sejak aku post perjuangan masuk PTN yang disebabkan kesibukan-kesibukan dunia kampus yang cukup menyita waktu. Karena hari ini libur semester ganjil dan aku gabut, why not aku kembali lagi mengisi hari-hari menulis di blog pribadi hehe.

    Banyak teman dan adik tingkat yang nanya kayak gini "Gimana sih rasanya jadi mahasiswa UI ?". Well, banyak hal serta pengalaman yang aku dapatkan setelah menjalani perkuliahan selama 3 semester ini. Mulai dari pengalaman kepanitiaan, organisasi, perlombaan, hingga menghadiri seminar-seminar dari pembicara yang luar biasa. Ada juga pengalaman tidak tidur semalaman karena harus menyelesaikan makalah, kehujanan atau ketinggalan bis kuning juga sering aku rasakan. Jujur, yang terakhir itu gak penting sih. Skip.

    Rasanya menjadi mahasiswa UI ? Hmmm, pertanyaan yang cukup sulit untuk aku jawab. Tentu aku secara pribadi merasa "wah" bisa masuk ke dalam lingkungan orang-orang "pintar" dari Sabang hingga Merauke. Aku percaya orang-orang yang menempuh pendidikan di UI adalah orang-orang pilihan. Salah satu hal yang membuat aku merasa senang bisa menempuh pendidikan di UI yaitu dengan berada dilingkungan orang-orang hebat, aku setiap hari selalu menjadi termotivasi untuk terus belajar dan meningkatkan kapasitas aku sebagai seorang mahasiswa.

    Tapi secara keseluruhan aku rasa tidak terdapat perbedaan yang cukup berarti antara menempuh pendidikan di UI dengan kampus lain, tidak ada yang istimewa. Peringkat perguruan tinggi hanyalah sebuah angka semu belaka. Emas walaupun diletakkan ditempat yang kotor akan tetap menjadi emas. Artinya dimanapun seorang invidu belajar, tidak peduli di universitas manapun ia menempuh pendidikan, ia akan tetap menjadi emas dan berprestasi di bidangnya dibawah naungan universitas tempat ia belajar.

    Oh iya teman-teman, aku punya alasan tersendiri kenapa aku memilih Universitas Indonesia sebagai tempat selanjutnya aku menempuh pendidikan. Yaitu perpustakaan pusatnya. 


    Perpustakaan pusat UI adalah perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara dengan koleksi buku hingga jutaan banyaknya. Itulah kenapa aku selalu jatuh cinta dengan perpustakaan ini. Didalamnya ada ruangan-ruangan seperti lounge, mac room, private room, discuss room hingga starbucks. Jadi kalau misalkan teman-teman punya waktu luang, bisa berkunjung ke perpustakaannya menghabiskan waktu dengan membaca buku sambil ditemani secangkir kopi di starbucks. Fyi, tiap ada waktu luang aku selalu ke ruangan mac room (jadi perpustakaan ui dapet sumbangan 144 komputer Mac untuk menunjang kegiatan studi mahasiswa) untuk nge-Wifi gratis. Lumayan kenceng loh kecepatan hotspot wifi di sana, aku pernah download film 3 GB gedenya cuma butuh waktu 15 menit doang.

    Bukan hanya itu teman-teman pembaca. Banyak hal yang ingin aku ceritakan selama aku merasakan kuliah di sini. Dijamin teman-teman gak bakal nyesal kalau kuliah disini.

    1. Event Campus 
    Olim UI

    Jazz Goes To Campus

    UI AW
    Foto-foto kegiatan diatas adalah beberapa dari sekian banyak event-event campus yang ada di UI. Bisa di pastikan teman-teman gak akan merasa bosan kuliah disini. Kalau teman-teman merasa capek setelah seharian di dalam kelas, teman-teman bisa menghadiri event-event yang setiap fakultas punya event dengan ciri khasnya masing-masing. Yang paling seru sih event Jazz Goes To Campus (JGTC) yang diselenggarakan sama Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Jadi itu semacam konser jazz yang mendatangkan artis dari dalam dan luar negeri. Tiap tahun jumlah pengunjungnya selalu meningkat.

    2. Fasilitas
    klinik satelit


    Bis Kuning

    Sepeda Kuning
    Alasan lain kenapa aku nyaman kuliah di UI itu karena fasilitasnya. Kalau misalkan teman-teman lagi sakit nih, teman-teman bisa datang ke klinik satelit untuk berobat atau minta obat dengan biaya yang gratis. Selain itu ada yang namanya bikun alias bis kuning. Aku berangkat ke kampus selalu pake bis ini hehe walaupun tiap pagi bisnya selalu penuh sama mahasiswa. Lalu yang wow itu loh teman-teman, kecepatan hotspot internet di UI yang bikin betah lama-lama di kampus. So, ayo kuliah di UI teman-teman hehe.

    Menjadi seorang mahasiswa berbeda ketika masih berseragam sekolah. Kita dituntut untuk serba mandiri dalam segala hal. Keputusan ada di tangan kita. Kalau gak mau masuk kuliah hari ini, its oke. Gak ada yang marah. Beda ketika saat masih sekolah. Gak masuk sehari saja pasti dicariin sama wali kelas. 

    Sebenarnya aku bingung sih ditulisan kali ini aku mau bahas apa aja. Maafkan ya kalau misalnya aku agak ngawur. Judul tulisan gak nyambung dengan isi tulisannya :'))

    Aku cuma mau sharing aja pengalaman aku selama kuliah disini. Banyak hal yang dapat aku pelajari disini. Aku bahkan sering masuk ke fakultas-fakultas lain untuk masuk ke ruangan perkuliahaanya. Tentu aku jadi mahasiswa ilegal dikelas itu haha. Ya namanya juga kampus tempat untuk belajar, jadi wajar-wajar aja dong kalau aku masuk ke kelas yang bukan fakultas aku.

    Satu hal yang pasti ketika aku melangkahkan kaki dan menempuh pendidikan disini, aku dapat melihat mininya Indonesia disini. Aku punya banyak teman yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Ada juga beberapa yang berasal dari negeri tetangga. Aku juga bisa belajar dari orang-orang hebat seperti Barack Obama, ibu Puji Astuti (menteri kelautan),  hingga profesor dari luar negeri yang sering mengadakan kuliah umum disini.

    So, aku tunggu kehadiran teman-teman disini ya. Semangat!

    Biar teman-teman makin semangat, nih aku sertain video after movie OKK UI 2017. Resapi dan rasakan teman-teman berada diantara kerumunan mahasiswa baru tersebut. Semangat!

    Continue Reading
    Hallo, apo kaba? Ungkapan tersebut merupakan ungkapan dalam bahasa Minang untuk menanyakan kabar untuk mengawali percakapan atau hanya sekedar basa basi saja.

    Yup, seperti yang ungkapan di atas, aku adalah seorang anak laki-laki keturunan suku bangsa Minangkabau yang sejak kecil lahir dan di besarkan di suku bangsa tersebut. Mungkin banyak yang mengatakan, “Ah ribet kalau suku bangsa. Gw manggilnya suku Minang aja deh biar simpel”. Honestly, yang betul itu kita manggilnya adalah ‘suku bangsa Minangkabau’ ya bukan ‘suku Minangkabau’ kenapa harus seperti itu, karena suku bangsa itu merujuk pada entitas etnis yang mendiami suatu wilayah, pun istilah suku bangsa juga merujuk pada sekumpulan dari suku-suku yang tergabung dalam satu suku induk, dalam hal ini yaitu suku bangsa Minangkabau. Nah, kalau suku itu merupakan bagian dari suku bangsa itu sendiri. Jadi, suku bangsa itu misalnya Minangkabau, nanti di dalamnya ada suku Tanjung, Caniago, Jambak, Panai dan sebagainya. 

    Saat ini aku sedang merantau ke tanah Jawa demi menutut ilmu yang lebih tinggi. Mengikuti tradisi pendahulu, dikatakan bahwa pemuda Minang itu haruslah merantau di usia mudanya agar dia tahu arti kehidupan. Ciee elah, sok-sokan filosofi aja nih haha. 

    Yap, aku sekarang menempuh pendidikan di Universitas Indonesia dengan mengambil jurusan Antropologi Sosial. alasan ku mengambil jurusan ini yaitu karena aku orangnya selalu ingin tahu akan segala hal. Kenapa banyak bahasa di dunia ini padahal nenek moyang kita itu berawal dari satu daerah? Kenapa bisa sampai ada bermacan-macam budaya di dunia? Kenapa manusia itu unik? Bagaimana bisa terjadi kegagalan program pemerintahan yang (mungkin) tujuannya baik bagi masyarakat? dan sederet pertanyaan lainnya yang sering bermunculan di otakku ketika masa-masa kelas 3 SMA. 

    Lalu, bagi pembaca yang menyukai kucing kiranya kita bisa sharing nih hehe karena aku tipe cowo yang penyayang pake ‘banget’ sama makhluk yang bernamakan kucing. Sempat dahulu ingin mengambil jurusan kedokteran hewan, tapi Tuhan tidak mengizinkan. Iya, aku SMA-nya jurusan IPA :) dan mengambil jurusan kuliahnya IPS (jangan marah ye anak IPS karena lahannya aku ambil haha)

    Terdapat sebuah pesan yang selalu aku ingat yang juga menjadi alasan kenapa aku terjun ke dunia blog ini. Pesan itu berbunyi seperti ini “Bila kau ingin mengenal dunia, maka membacalah. Bila kau ingin di kenal dunia maka menulislah” pesan tersebut yang hingga saat ini selalu aku pegang. Ya, aku suka membaca dan menulis. Selain itu hobiku yaitu bermain musik. Fyi, aku udah kenal musik sejak masih berseragam Taman Kanak-Kanak. Lalu punya Band sendiri dari masa SMP hingga SMA, aku bagian gebuh Drum. Walaupun aku suka gebuk-gebuk drum, tapi tenang aja aku buan tipe cowo yang ringan tangan ke lawan jenis kok ;)

    Satu hal yang tidak aku suka di dunia ini “makhluk hidup yang mengatas namakan dirinya sebagai MANUSIA yang tega menyakiti binatang.” Heran aja gitu kenapa sih orang-orang suka tega nyakitin hewan-hewan yang gak berdosa. Oke lah, misalnya dia nyolong makanan kamu atau apapun yang sudah ia perbuat, tapi balasan yang kamu berikan itu tidak sepadan dengan kesalahan yang ia (hewan/bintang) perbuat. Siapa tahu hewan itu belum makan berhari-hari. 

    Masih banyak tentang diriku yang mungkin tidak semuanya aku bagi. Mungkin segitu saja ya hal-hal yang bisa aku bagikan tentang diri aku secara umum. Mau kenal lebih dekat? Boleh lah nanti kita ngopi-ngopi bareng atau night ride bareng. 

    “Belajarlah dari masa lalu, hidup dan bahagialah di masa sekarang, ciptakanlah masa depan yang kau impikan”


    Baca juga:
    RASANYA MENJADI MAHASISWA (UI)


    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Photo Profile
    Fajar Adi Maulana Mahasiswa Antropologi Sosial

    Seorang individu ambivert yang mencintai seni, musik dan literasi

    Lets be Friend

    • facebook
    • Linkedin
    • instagram

    Blog Archive

    • Januari 2021 (4)
    • Desember 2020 (1)
    • Agustus 2018 (1)
    • Januari 2018 (3)
    • Juli 2016 (1)

    Popular Posts

    • About Me
    • RASANYA MENJADI MAHASISWA (UI)



    facebook Twitter instagram linkedin

    Created by Fajar Adi Maulana modif from modif from | FISIP UI 2016

    Back to top